Selasa, 03 November 2009

Dekrit’17 : Kelompok Pemuda Serba Bisa

(Jombang-Alha-Raka) Keberadaan kelompok muda Dekrit’17 Badang Ngoro Jombang, betul-betul membawa warna baru di masyarakat Badang secara keseluruhan. Setiap kegiatan besar yang diadakan di desa ini, Dekrit’17 tidak pernah ketinggalan untuk ikut berpartisipasi. Baik dalam kegiatan Agustus-an, simpan pinjam untuk pemberdayaan ekonomi kelompok serta kegiatan sosial kemasyarakatan. Pada bulan Ramadhan mereka menjadi panitia pelaksana pembagian Zakat. Tekadnya, Kelompok Dekrit’17 selalu siap memberikan yang terbaik untuk kemajuan desa.


Ada kalimat bijak mengatakan, nasib bangsa di masa mendatang bisa dilihat melalui kehidupan pemudanya saat ini. Kalimat ini memiliki arti yang sangat dalam untuk memotivasi kehidupan kawula muda dalam peranannya di masyarakat. Minimal pemuda mampu mendinamisasi di tingkat lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Bila kehidupan pemudanya saat ini buruk, suramlah masa depan bangsa itu. Sebaliknya, bila kehidupan pemuda suatu bangsa saat ini terjadi selalu kreatif, inovatif dan mau belajar melalui karya-karya terbaik, serta jauh dari kebudayaan negatif, maka masa depan bangsa ini akan bisa terjamin sejahtera.

Hal di atas menunjukkan bahwa betapa penting peran pemuda dalam kehidupan berbangsa. Sebab hanya merekalah yang menjadi tumpuan masa depan bangsa. Pemudalah yang akan memegang tongkat estafet pengendalian bangsa dimasa mendatang. Dalam sejarah lokal perjuangan Dekrit’17 cukup panjang untuk diurai, namun untuk menunjukan betapa berat perjuangan mereka dalam proses perjuangan berorganisasi maupun dalam melakukan gerakan sosial dalam bermasyarakat. Mereka berjalan perlahan namun pasti dalam mengawali membangun kepercayaan untuk menepis krisis kepercayaan masyarakat mulai tahun 2001 yang lalu. Dengan adanya persepsi miring dalam struktur masyarakat bahwa pemuda masih identik dengan urakan dan arogan, hingga keberadaan pemuda selalu pada posisi terbawah.

Hal ini juga pernah dituturkan Puji Santoso selaku ketua panitia pembagian Zakat tahun 2009, bahwa semangat pemuda kalau sudah tumbuh memang tidak bisa dipandang remeh. Tengok saja sejarah proses munculnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 silam, sebuah tantangan untuk dapat merubah keadaan politis, untuk menjadikan bangsa yang merdeka baik pikiran maupun tindakan. ”Kini perjuangan pemuda tidaklah seberat dulu, hanya bagaimana cara bisa mengumpulkan antara pemuda embongan dengan pemuda Masjid-an mampu bertemu dan mau berfikir positif. Jiwa solidaritas bersama inilah yang kemudian disatukan dengan alat yakni membuat kegiatan bersama, seperti PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) dan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam),” terangnya.

Dekrit’17 (Depot Kreatifitas 17 Agustus). Dari namanya, jelas nampak kesadaran akan tanggung jawab pemuda sebagai generasi penerus bangsa terutama dalam melanjutkan cita-cita para pahlawan kemerdekaan begitu tinggi. Disadari atau tidak, dalam perjalanan sejarahnya, dia tak pernah lepas dari tantangan baik dari perangkat desa maupun masyarakat sendiri. Namun karena banyak peran positif dalam kehidupan sosial, Dekrit’17 menjadi organisasi kuat dan yang bergerak, dan karena sebagian besar anggota adalah pemuda maka mereka lebih luwes dalam menjalankan fungsi dan perannya yang selalu sejalan dengan visi dan misi organisasi. ”Ibarat tubuh, Dekrit’17 selalu berusaha menjadi penyeimbang, artinya segala bentuk posisi strategis baik wilayah politik maupun religius selalu dapat menempatkan diri pada tempatnya. Khususnya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat termasuk kegiatan pembagian zakat tahun ini telah tertata cukup baik. Melihat persiapan sejak tanggal 11, 12 September 2009 telah dilakukan pendataan baik yang wajib zakat maupun penerima zakat kurang lebih ada 500 orang dan rencana tiap orang mendapatkan 5,7 Kg beras. Dan pada tanggal 13, 14, panitia mulai berkeliling melakukan penarikan zakat dari rumah ke rumah, tanggal 15 panitia mulai menimbang dan 16 panitia membagikan kupon. Untuk selanjutnya tanggal 17 adalah cheking akhir sekaligus evaluasi kerja selama sepekan. Dan rencana H-2 atau H-1 lebaran yakni tanggal 18 atau 19 zakat akan dibagikan sesuai dengan kupon yang telah ditebar,” terang Puji.

Asah Kepedulian sosial
Dalam pandangan masyarakat umum, peristiwa tiap tahun seperti pembagian zakat ini memang ditunggu oleh masyarakat fakir miskin, janda, dan para orang tua jompo. Dan memang sebelum wadah Dekrit’17 ada, kegiatan ini telah lama berlangsung dan melibatkan para pemuda 2 dusun yakni Dsn. Badang dan Dsn. Wonoasri. Adapun jumlah kepanitian tahun ini berjumlah 49 orang, baik pemuda dan kalangan orang tua.

Menurut Puji bahwa pemuda adalah penggerak terhadap semua tujuan. Terlebih keberadaan Dekrit’17 adalah wadah organisasi yang cukup nasionalis, tidak memandang sebelah mata, siapapun adalah sama. ”Proses belajar berorganisasi yang telah lama kita jalani adalah bagaimana bisa beradaptasi dengan semua bentuk golongan, baik orang orang yang pinter berpolitik, maupun pinter dalam agama. Bukti menjadi salah satu bagian kepanitiaan zakat adalah organisasi Dekrit’17 sebagai wadah yang konsisten dan mampu menunjukan eksistensi dan potensi masing-masing anggotanya. Hal ini merupakan salah satu apresiasi di segala kegiatan di masyarakat,” tambah guru yang aktif mengajar di SDN II Badang ini mantap.

Sementara itu menurut Efendi, sejak dirinya pindah ke Dsn. Badang tahun 1999 kegiatan ini relatif stabil. Dirinya mulai terlibat sejak tahun 2002 dan sejak saat itu ia berharap dari pemuda untuk belajar peduli terhadap sesama. ”Seharusnya momen berbagi tidak hanya dilakukan saat menjelang Ramadhan saja, namun kalau bisa sih bulanan. Mengingat banyaknya warga yang tidak mampu dan selalu memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari. Alangkah baiknya kalau seluruh warga Ds. Badang yang sudah mempunyai harta lebih bisa giat dalam beramal,” tutur Cak Epen.

Sisi manfaat adanya kegiatan bersama yang telah berlangsung ini antara lain, mampu menggalang persaudaraan antar pemuda dan para orang tua. Masih menurut Efendi terkadang ada jarak ketika keduanya bersitegang, dimana orang tua beranggapan bahwa kegiatan pemuda identik dengan arogan. Namun jika mereka telah berkumpul bersama segala pikiran yang negatif tentunya musnah. ”Bagi pemuda masih berproses belajar menyelami hidup dan mengasah keperdulian, pun dengan para orang tua harus selalu memberi dukungan bukan malah beradu argumen,” tandas bapak dua orang putra ini semangat. (Din-din, Alha-raka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar