Sabtu, 08 Agustus 2009

IMPIAN KRJB MEMBENTUK KOPERASI INDUK

(Jombang) Cita-cita bersama sejak proklamasi tahun 1945 oleh Ir Soekarno dan Bung Hatta belum sepenuhnya terwujud. Dari era orde baru sampai era reformasi belum mampu mengentaskan persoalan riil masyarakat yakni kemiskinan dan penganggaran. Lantas bagaimana kelompok aliansi KRJB (Konsorsium Rakyat Jombang Berdaulat) bisa merasakan kemerdekaan yang sebenarnya?. Berikut kegiatan kongkrit yang dilakukan oleh oleh beberapa kelompok KRJB untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.

Hakekat merdeka adalah rakyat telah bebas dari belenggu penjajah. Kalaupun saat itu masih ada sandungan dalam perjalanannya, hal tersebut dimaklumi sebagai sebuah proses. Makna proses tentunya akan lebih mendewasakan, ini berlaku di semua bidang. KRJB yang telah terbentuk pada tahun 2006 lalu, terus tumbuh dan berkembang dalam upaya mewujudkan kemerdekaan yang salah satunya adalah kedaulatan ekonomi.

Bentuk kegiatan perekonomian bisa berupa koperasi, atau usaha bersama berbasis kelompok yang telah dibangun diantaranya; Koperasi Seru Mandiri, Koperasi Bina Swadaya, Koperasi Mamkari Ngrandu, Koperasi Perempuan Sambongduran, Koperasi PKL Cipta Mulya Peterongan, Koperasi Cakra Sengon, Koperasi Wika Katemas, Koperasi Mugi Guno Grogol, Koperasi Amanah Manyangan, Koperasi Tani Kedunggalih dan lain-lain.

Di bawah slogan kemerdekaan, rakyat akar rumput tidak pernah bertanya kritis, dengan cara bagaimana kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyat kelak akan tercapai. Apakah setelah merdeka, masih diperlukan pengorbanan rakyat, ataukah rakyat tinggal berpangku tangan dan menanti mukjizat dari langit? Hal ini dibantah oleh Juwari, anggota koperasi PKL Peterongan ini menjelaskan bahwa, kemerdekaan itu harus direbut, tidak ada ceritanya rakyat menang melawan para penjajah dengan hanya berdiam diri serta berdoa saja. Semuanya harus diperjuangkan. Pun tidak mungkin para penjajah menghadiahkan rakyat Indonesia dengan kemakmuran, kesentosaan, keamanan dan kedamaian secara instant seperti cerita lampu Aladin, bim salabim tanpa adanya perjuangan.

“Meski saat ini kemerdekaan telah di tangan rakyat, namun belum sepenuhnya rakyat merdeka, secara ekonomi para PKL harus berhimpun bersama untuk mendapatkan akses peminjaman modal, yang tidak mungkin pemerintah berikan dengan mudah kepada rakyat kecil seperti kami,” tegas Juwari.

Setelah 64 tahun merdeka, memang sebuah proses panjang untuk menuju kesejahteraan rakyat. Salah satu jalan memang telah dilakukan kelompok PKL Peterongan yakni berkoperasi sebagai upaya untuk melawan kemiskinan semakin membengkak, “Pengangguran semakin menumpuk, jurang antara pemilik modal kekayaan dengan kemiskinan semakin mengaga. Mengapa semua ini terjadi? Siapa yang harus dipersalahkan? Negarakah? Jika saja masing-masing dari rakyat kecil ini semua tergantung kepada Negara tentunya kita tidak akan bisa makan, untuk itu kita harus mandiri meski hanya menjadi pedagang kecil yang terpenting tidak korupsi,” tambah Bapak 2 anak ini semangat.

Kini PKL Peterongan telah melakukan tutup buku yang ke-3 tepatnya tanggal 26 Juli 2009. Meski perputaran uang Rp 2,5 juta, namun meski sedikit mampu mencukupi permodalan para anggota PKL. Ke depan koperasi ini akan terus ditingkatkan dan dikembangkan dan tidak menutup kemungkinan selain PKL Peterongan akan diperbolehkan menjadi anggota, ”tapi untuk saat ini masih sekedar tangung renteng, artinya ketika perputaran modal masih ada, jika ada tetangga para anggota PKL yang mau pinjam diperbolehkan dengan syararat tangtung jawab tetap pada anggota yang mau,” tambah Juwari.

Evaluasi Pelatihan Koperasi
Sementara itu di hari yang sama KRJB selaku organisasi aliansi mengadakan rapat terbuka di aula ICDHRE Jombang. Agendanya adalah laporan program kegiatan pelatihan koperasi. Acara ini dihadiri sedikitnya 25 perwakilan kelompok anggota KRJB dan satu kelompok baru dari Pagak Sumberejo Megaluh Jombang yang tengah dililit persoalan pembebasan tanah tol Trans Jawa.

Dalam forum evaluasi bersama ini, langsung dipimpin oleh Anis Su'udi, selaku komandan KRJB. Dalam pelaksanaan pelatihan pendidikan koperasi yang dilakukan oleh beberapa kelompok bersama Komite Pelayanan sejak awal tahun 2009. Ada harapan rencana tindak lanjut berupa pengembangan perekonomian di kelompok dengan cikal bakal koperasi. Hal ini berkaitan dengan target yang diusung dalam raker yakni minimal kelompok mempunyai usaha bersama, meski tidak membentuk koperasi. “Yang jelas masih ada tugas baru untuk komite dalam mengawal perjalanan kelompok yakni menanyakan keinginan kelompok usai pelatihan koperasi?” pertanyaan ini dilontarkan Anis Su'udi selaku Ketua KRJB.

Peluang untuk melanjutkan rencana pengembangan usaha bersama bagi kelompok yang sudah kuat, tentunya akan lebih mudah. Namun bagi mereka yang baru merintis butuh usaha ekstra untuk mengembangkan perekonomian. Menurut Ida Farida Santi dari sekian persoalan yang paling utama bukanlah terletak pada permodalan, namun justru kesepakatan yang dibangun. Dari beberapa pengalaman usai belajar bersama dari kelompok satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan persoalan memang mempunyai solusi tidak sama. Seperti halnya Mamkari, meski pengalaman tentang pembukuan masih sedikit, namun pengurus mempunyai tekat kuat dalam belajar. “Anggota koperasi belum mempunyai kemampuan penuh dalam mengembangkan koperasi. Kebanyakan anggota koperasi berasal dari para lansia (lanjut Usia), namun tidak ada kendala yang berarti. Kami tetap memerlukan bantuan dari KRJB untuk memberikan motivasi dan semangat untuk terus kompak,” kata Sutiyar Edi Siswanto, selaku penasehat koperasi Mamkari.

Hal ini dibenarkan oleh Lely Irawati, perwakilan dari kelompok Cakra Sengon Jombang, bahwa tugas dari pada KRJB adalah memberikan pelayanan kepada para anggota yang membutuhkan. Kalau diperlukan bisa jadi KRJB membentuk koperasi primer, dimana seluruh anggota berasal dari perwakilan masing-masing kelompok dari KRJB. “Koperasi primer bisa mengajukan dana kepada dinas koperasi dan UKM atau lembaga perbankan milik pemerintah yang selanjutnya didistribusikan kepada anggota kelompok (sekunder). Kalau impian ini diwujudkan maka jaringan kelompok KRJB yang sudah mempunyai koperasi tentunya tidak akan kesulitan lagi tentang permodalan,” kata Lely.

Hasil Evaluasi yang lain
1. Pendampingan di koperasi-koperasi baru dan kelompok-kelompok agar lebih intensif.
2. Pengajuan pinjaman modal oleh koperasi Mandiri dan Bina Swadaya.

Namun sebelum membahas secara detail gambaran bagaimana kinerja koperasi primer KRJB, maka terlebih dahulu Mbah Ud mengingatkan tentang program kerja yang telah disepakati bersama pada Raker tahun lalu. “Kalau memang diperlukan maka koperasi induk akan dibentuk, hal ini melihat tingkat kebutuhan saja. Karena ada yang lebih penting lagi yakni melakukan kerja-kerja yang telah disepakati dalam Raker yakni pendidikan kader penggerak yang diharapkan mampu menopang dan memperkuat berjalannya fungsi-fungsi KRJB dan kelompok-kelompok,” terang Mbah Ud.

Adapun rencana alur pendidikan kader penggerak dalam KRJB dilakukan dalam empat tahap: Pendidikan Kader Pemula; untuk mengembangkan kemampuan (membaca situasi). Materi yang diberikan adalah ANSOS (analisa sosial). Pendidikan Kader Dasar; untuk mengembangkan teknik menggerakkan orang. Materi yang diberikan adalah Pengorganisasian Pendidikan Kader Lanjut; untuk mengembangkan kemampuan memfasilitasi rapat-rapat atau pertemuan. Materi yang diberikan adalah Teknik-teknik Fasilitasi. Dan Pendidikan Kader Purna; untuk mengembangkan kemampuan taktik dan strategi melakukan perebutan kekuasaan mulai level desa (pemenangan). Materi yang diberikan adalah Pendidikan Politik untuk Pemenangan. (Din-din, Alha-raka)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar