Sabtu, 08 Agustus 2009

Mengisi Kemerdekaan Dengan Berswadaya

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh rakyat untuk mengisi kemerdekaan tidak harus mengadakan gebyar seni, yang terpenting adalah nilai kebersamaan dan solidaritas. Salah satunya warga Desa Ngampungan Kec. Bareng Jombang, mereka sejak bulan Juli 2009 telah bersepakat untuk gotong royong bersama-sama mendirikan bangunan sekolah. Pembangunan ini merupakan pengembangan dari pendidikan TK dan MI al Hikmah.

Sejak tahun 1956 silam, almarhum Nyai Amin adalah termasuk tokoh masyarakat yang getol memikirkan pendidikan untuk masyarakat sekitar Ngampungan yang letaknya 30 Km dari kota Jombang. Saat itu fasilitas untuk mengajar memang sangat kurang, sehingga memakai teras masjid dan lesehan di lantai tanpa alas. “Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Nyai Amin untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan waktu itu. Disamping keterbatasan dana dan belum ada bantuan dana dari pemerintah. Jadinya sekolah berdasarkan kebutuhan saja, jumlah siswa awal hanya 4 orang, tahun ke dua kemudian ada kenaikan sedikit, selanjutnya meningkat puluhan karena ada penambahan dari dusun tetangga,” kenang Fauzi, selaku Wakil Kepala Sekolah MI al Hikmah.

Sepuluh tahun kemudian merintis TK dan sore harinya untuk tambahan kelas diniyah. Semakin banyaknya aktifitas pendidikan di lingkungan inilah akhirnya masyarakat berinisiatif iuran untuk membangun lokal. Bahkan Tarmudi dan orang tuanya Mardi telah mewaqofkan tanahnya untuk membesarkan pendidikan di Desa Ngampungan. “Tahun lalu kami mendapat bantuan dari pemerintah dan setelah kami musyawarahkan bersama, hasilnya uang tersebut akan kami gunakan untuk melebarkan kawasan dekat sekolah saat ini. Namun karena orang yang mempunyai tanah kurang bisa diajak kerja sama maka kami mengurungkan niat tersebut. Terpaksa untuk kekurangan lokal kami tetap memakai masjid sebagai sarana dan prasarana belajar mengajar, lokal yang dimiliki saat ini hanya 4 bangunan, sedangkan untuk tambahan kelas tetap di teras masjid.” tutur bapak tiga anak.

Dari dulu memang ada keinginan untuk menambah lantai, namun ini juga memerlukan tambahan biaya yang cukup banyak. Setelah ada informasi akan mendapatkan bantuan lagi maka untuk mempercepat langkah selanjutnya warga Ngampungan beserta wali murid mengadakan forum bersama dan membentuk sebuah kepanitiaan. Dari tanah waqof yang masih berdekatan dengan masjid tersebut akan dibangun gedung sekolah berlantai dua, masing masing lantai 4 lokal, total kesemuanya ada 8 buah. “Terpenting saat ini untuk memenuhi sarana dan prasarana mengajar dahulu, baru perkembangannya akan kami arahkan untuk menunjang pendidikan seperti lapangan olah raga, dan juga kelengkapan sekolah gedung perpustakaan,” tambahnya.

Pendidikan Untuk Masyarakat
MI-Al-Hikmah memang memiliki segudang kegiatan, hal ini layak ditiru oleh sekolah swasta yang ingin memiliki banyak kegiatan di luar sekolah. Meski sumberdaya yang ada dan serba terbatas, namun dari sisi kreatifitas membuat lembaga pendidikan ini terus berusaha mencoba mengembangkan dirinya dengan mencari terobosan yang terbilang cukup unik. Salah satunya adalah melakukan pendidikan dengan perspektif lingkungan. Pertimbangan ini menurut pihak sekolah berdasar pada kondisi geografis pegunungan. Pelestarian lingkungan dilakukan melihat kondisi riil Desa Ngampungan yang berdekatan dengan gunung dan hutan. Maka pengetahuan tentang pelestarian hutan dan irigasi desa, selalu menjadi agenda rutin untuk disampaikan ke siswa.

Selain itu pula kebutuhan-kebutuhan untuk mendapatkan informasi dan teknologi sudah menjadi perencanaan sejak tahun 2008 lalu. Misalnya Pelatihan komputer, kegiatan out bound, dan tak terlewatkan juga pendidikan keagamaan sekaligus menjadi titik utama pembelajaran di sekolah ini. “Aneka pendidikan ekstra kulikuler sangat beragam, mulai dari sisi keagamaan yakni tartil, qori'ah, sholawat, dan praktik ibadah lainnya. Tak ketinggalan pula teater, pramuka, dan juga drum band,”

Kesemuanya terangkum dalam sebuah aktifitas yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada anak didik untuk mencintai lingkungannya. Karena pendidikan tidak hanya sekedar target mencari ilmu secara formal, namun juga serangkaian proses belajar di semua hal tentang kehidupan. Dengan kata lain hasil pendidikan akan dimiliki oleh masyarakat, dan akan kembali juga ke masyarakat. (Fauzi dan Din-din, Alha-Raka)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar