Selasa, 24 Februari 2009

KRJB Melakukan Pendidikan Koperasi di Kelompok-kelompok

(Jombang) Diawal tahun 2009, Konsorsium Rakyat Jombang Berdaulat (KRJB) melakukan pendidikan koperasi seperti yang dimandatkan dalam Raker (Rapat Kerja) pada bulan Juli 2008. Tujuannya mendorong pembentukan dan memperkuat koperasi di kelompok-kelompok yang mencirikan kemandirian penguasaan dan pengelolaan permodalan.

KRJB, adalah sebuah forum aliansi dari kelompok-kelompok di Kabupaten Jombang yang terbentuk di tahun 2006. Tujuan forum ini untuk memperjuangkan keadilan di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya yang selama ini tidak berpihak pada rakyat kecil. Menurut ketua KRJB, Anis Su'udi, meskipun KRJB mempunyai program utama membangun usaha ekonomi koperasi, namun tidak menutup kemungkinan akan melakukan advokasi secara umum. Dalam pelaksanaanya, KRJB memberi mandat kepada Komite Pelayanan untuk melakukan pelatihan sesuai permintaan kelompok. Adapun anggota komite terdiri dari kelompok-kelompok yang sudah berpengalaman, seperti anggota Perkumpulan Alha-Raka dan ICDHRE. “Kita mempunyai makna sendiri tentang ekonomi kerakyatan yakni ekonomi tonggone dewe-dewe. Artinya kita akan melakukan usaha pengembangan ekonomi dimana kita tinggal ” terangnya.

Hal senada disampaikan Zainul Abidin, salah satu anggota Komite Pelayanan, bahwa dalam pelaksanaan pelatihan tergantung kebutuhan kelompok, karena tidak semua kelompok yang tergabung dalam KRJB mempunyai usaha yang sama. Untuk itu komite pelayanan memberikan klasifikasi materi yang terbagi dalam 3 tahapan. tahap pertama, bagi kelompok yang belum ada usaha ekonomi, tahap kedua, kelompok yang sudah memiliki usaha dan akan diarahkan untuk membangun koperasi simpan pinjam. Dan tahap tiga, kelompok koperasi yang telah memiliki usaha simpan pinjam tapi masih membutuhkan skill administrasi atau pembukuan.

Tahap awal pelatihan dilakukan di kelompok Sigino Desa Grogol Diwek Jombang, pada 5 Januari 2009. Sebelum melakukan pelatihan di semua kelompok, komite membutuhkan data awal terkait persoalan kelompok. Hal ini untuk bahan fasilitator dalam mengarahkan forum agar lebih dinamis. Tujuan pelatihan ini adalah untuk membantu kelompok membangun koperasi yang kuat. Hal ini karena sebagian besar anggota KRJB adalah masyarakat miskin. Maka perlu kiranya membahas dan mengupas secara rinci tentang perekonomian kelompok. Dari sinilah salah satu pengurus Sigino, Nasikin, berharap kepada komite (KRJB) selain memfasilitasi bagaimana mengelola administrasi dengan baik, juga memberikan pengetahuan kepada kelompok agar mengetahui cara mengembangkan usaha bersama.

Berbagi Pengalaman Berkoperasi
Pelatihan koperasi KRJB telah terlaksana di beberapa kelompok diantaranya; Kelompok Koperasi Sigino, Kelompok Koperasi Cakra Sengon Jombang, dan Kelompok Pemuda Dekrit 17 Ngoro yang diikuti 3 kelompok di wilayah Korcam Jombang Selatan, serta di Komunitas APP (Asosiasi Pemuda Pagerwojo) yang diikuti kelompok Banjarsari di wilayah Korcam Perak Jombang.

Pelatihan koperasi kedua terlaksana pada 22 Januari 2009, di Kelompok Koperasi Cakra Sengon Jombang. Hasilnya dituturkan oleh Sutiar, penasehat Koperasi Mamkari, bahwa dengan bertemunya mereka pada kebutuhan yang sama akan semakin mempererat hubungan antar kelompok. “Setidaknya saya bisa menduplikat hasil pembukuan kali ini untuk dijadikan referensi baru bagi kelompok Mamkari. Mamkari ingin memperbaiki beberapa catatan model pembukuan agar lebih mudah, dan perkembangannya lebih pesat ketika mereka sering bertemu dan belajar dengan koperasi lain. Meski hanya perwakilan, namun hasil dari pelatihan ini nantinya akan diberitahukan kepada pengurus dan anggota yang lain tentunya,” kata Sutiar, mantan ketua KRJB periode 2006-2008.

Sementara itu pelatihan koperasi ketiga di wilayah Jombang selatan pada tanggal 26 Januari di Balai Desa Badang Ngoro Jombang. Diikuti tiga perwakilan kelompok yang hadir yakni, Dekrit 17 Badang Ngoro, Kompak Bajang Karanglo Mojowarno, dan Manis Madu Godong Ngoro Jombang. Beberapa temuan dan usulan dari proses pelatihan itu diantaranya dikemukakan oleh Catur Prasetyawan yang menanyakan, mengapa KRJB hanya mendorong kelompok untuk membentuk koperasi, bagaimana jika KRJB juga praktek langsung mengelola koperasi. Dan mengapa KRJB mematok harga mati, bahwa untuk menyelesaikan persoalan ekonomi kelompok harus mendirikan koperasi?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh Anis Su'udi selaku ketua, bahwa ia tidak bisa memutuskan KRJB harus membentuk koperasi, karena dalam Raker tidak ada program pendirian koperasi KRJB. Selain itu, KRJB tidak mungkin mendirikan koperasi sendiri karena masing-masing kelompok sudah ada koperasi yang mempunyai legalitas dan kewenangan membuat kebijakan sendiri. Bagaimana mungkin KRJB merubah kewenangan tersebut. Peluang lain yang mungkin dilakukan KRJB adalah advokasi kebijakan kepada pemerintah Jombang. Point penting ini harus dilakukan sebagai langkah awal membangun kelompok.

Usulan lain, datang dari Bogel, mantan ketua Dekrit'17, bahwa KRJB harus mendokumentasikan berbagai kasus kelompok sebagai media pembelajaran bagi kelompok lain. Seperti mencatat kegiatan koperasi yang sudah dijalankan, dan kemudian membuat rencana tindak lanjut dan evaluasi. Catatan itu kemudian disebarkan ke kelompok-kelompok yang membutuhkan khususnya saat pelatihan.

Dari paparan Mukhlisoni, anggota Kelompok Kompak Bajang Karangloo Mojowarno, saat ini kegiatan bersama yang telah dilakukan masih sosial kemasyarakatan. Sedangkan untuk kegiatan usaha ekonomi bersama belum ada. Namun sudah mempunyai greget untuk membuat usaha bersama. Motivasi ini diperoleh dari seringnya berinteraksi dengan KRJB. Adapun usulan dari kelompok Kompak adalah, bagaimana kalau pengurus memfasilitasi bertemunya seluruh kelompok KRJB untuk melakukan kerjasama khususnya di bidang pemasaran.

Pelatihan keempat, bertempat di Komunitas APP (Asosiasi Pemuda Pagerwojo) dan Banjarsari Perak Jombang. Dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2009 di balai Desa Pagerwojo, dihadiri sebanyak 17 peserta. Selain koperasi, Mauludin Syafi'i, salah satu anggota APP menyampaikan rencana membuat usaha ternak belut bersama. Dan kegiatan ini akan dijadikan salah satu usaha koperasi.

Sepenggal Cerita Koperasi dari Jombang Utara
Koperasi Wira Usaha Katemas (WIKA) Desa Katemas Kudu Jombang telah memiliki 266 anggota. Sebelum ada koperasi, Desa Katemas adalah pusat kerajinan anyaman pandan. Namun karena kondisi pemasaran yang merosot, akhirnya muncul inisiatif membentuk koperasi.

Pertama kalinya ada 20 orang yang terlibat dengan simpanan pokok sebesar Rp.10 ribu, simpanan wajib Rp 1.000 dan bunga pinjaman sebesar 2 %. Jumlah anggota lambat laun kian bertambah menjadi 100, 200 dan hingga sekarang telah mencapai 266 orang. Sedangkan untuk modal koperasi telah berkembang dari Rp 7 juta menjadi Rp 12 juta.

Untuk kerajinan anyaman pandan, sampai sekarang juga masih eksis meski pemasarannya terkadang tersendat. Untuk saat ini kelompok WIKA sedang mempersiapkan sampel pesanan anyaman pandan dari seorang pengusaha di Bojonegoro. “Kita (WIKA) memang sedang mempersiapkan sampel anyaman untuk di bawa ke Bojonegoro karena kami mendapatkan pesanan dalam jumlah lumayan banyak” ungkap Zainul Arifin, Ketua Koperasi WIKA Katemas.

Beberapa koperasi yang juga eksis, yakni Koperasi Amanah yang berada di Desa Mayangan Kecamatan Jogoroto. Koperasi ini mulai aktif sejak Desember 2007, dengan anggota lebih dari 80 orang, dan besaran modalnya mencapai Rp.20.000.000. Selain itu juga ada Koperasi Perempuan Jawara Randuwatang (KPJR) Kudu, yang tetap bertahan di tengah godaan banyaknya bank clurut, karena mereka yakin kelompok koperasi bisa menjadi wadah menyelesaikan persoalan ekonomi anggotanya. Koperasi ini dirintis sejak Juni 2008 dan memiliki anggota sebanyak 20 orang. Sedangkan mencapai Rp.3.000.000. Selain berkoperasi, KPJR juga mempunyai usaha kerajinan anyaman tas plastik. Titik Purwati, sekretaris KPJR mengungkapkan, “Pesanan anyaman tas plastik biasanya datang ketika ada hajatan besar, atau akhir tahun. Paling sering dipesan untuk THR an” ungkap ibu muda yang juga caleg dari salah satu partai besar ini.

Lain halnya dengan koperasi Leppast. Koperasi yang berada di Dusun Kalibening, desa Tanggalrejo kecamatan Mojoagung ini beberapa waktu lalu telah melakukan RAT pertama. Dengan jumlah modal sekitar Rp. 5,180 juta dari 68 orang anggota. Koperasi ini terbilang cukup unik, sejak kemunculannya pada Januari 2005, koperasi Leppast hanya melakukan kegiatan simpanan saja. Dan betho' ane (SHU) dibagikan menjelang hari raya. Namun sejak Maret 2008, koperasi ini mulai melakukan simpan pinjam.

Pada acara RAT (Rapat Anggota Tahunan) pertama pada 17 Januari 2009, disepakati Koperasi Leppast akan menambah anggota yang mencakup warga desa. Karena sebelumnya koperasi Leppast hanya mencakup lingkup dusun saja, kini akan melakukan pengembangan ke seluruh masyarakat Desa Tanggalrejo. Dalam hal keuangan Koperasi Leppast termasuk salah satu koperasi yang transparan. Dalam forum RAT kala itu, disepakati juga untuk anggota yang ingin mengakses laporan keuangan bisa langsung bertanya kepada pengurus tiap bulannya.

Beberapa penggal cerita tentang tetap eksisnya koperasi-koperasi yang ada di beberapa komunitas telah menunjukkan bahwasanya program utama koperasi yang diusung oleh KRJB tetap bisa menjadi isu strategis dalam menjawab tantangan bagaimana membangun dan mengembangkan kemandirian ekonomi di kelompok-kelompok. (Nophie, Dien)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar