Selasa, 24 Februari 2009

PEMILU 2009: Memilihlah Kepada Yang Berpihak

(Nganjuk, Punden) Geliat pemilu 2009 sudah semakin terasa di kelompok yang ada di desa-desa di Kabupaten Nganjuk. Bahkan ini dirasakan sejak pilkada di Kabupaten Nganjuk yang berlangsung bulan Nopember 2008 lalu. Tekanan itu kini semakin deras saja. Tidak hanya berupa janji caleg dan partai yang mengusung kesejahteraan rakyat kecil, tapi juga iming-iming program kepada mereka yang di desanya memiliki kelompok seperti koperasi, karang taruna, paguyuban petani dan sejenisnya.

Hal ini wajar terjadi menjelang pelaksanaan pemilu 2009 yang akan berlangsung pada 9 April nanti. Apalagi dengan keluarnya putusan MK yang membatalkan Pasal 214 Undang-Undang (UU) 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif. Berdasarkan itu, untuk periode 2009-2014, siapa yang akan menjadi wakil rakyat tidak lagi ditentukan oleh partai politik yang berdasarkan nomor urut, melainkan berdasarkan perolehan suara terbanyak. Dengan begitu, kedaulatan rakyat semakin diakui. Rakyat yang memilih, rakyat pula yang menentukannya.

Tak heran jika keputusan MK itu dianggap oleh sebagian kalangan sebagai kemenangan demokrasi bagi rakyat. Namun disisi lainnya menjadi semacam peringatan bagi para caleg maupun parpol yang akan bertarung di Pemilu 2009 nanti. Sehingga berbagai upaya untuk mencari simpati kepada massa pendukung dilakukan untuk mendulang suara.

Menurut Masykur, ketua Paguyuban Mandiri yang juga maju sebagai caleg di Dapil III Kabupaten Nganjuk. “Mau tidak mau, sekarang ini caleg harus benar-benar mendekat dan bisa diterima di hati rakyat. Jadi apapun akan dilakukan untuk memperoleh tambahan suara bagi caleg dan parpol. Karena proses politik pada pemilu 2009 ini akan semakin berkontribusi pada terbentuknya nilai budaya kompetisi di masyarakat. Artinya, siapa yang sungguh-sungguh berakar di masyarakat selama ini, niscaya merekalah yang berhasil meraih simpati rakyat. Di sinilah para politisi harus berkompetisi. Memang, di satu sisi situasi sosial yang diwarnai baku-saing itu niscaya rawan konflik. Namun, jika ia disikapi dengan positif dan dikelola dengan baik, niscaya dampaknya semakin menumbuhkan kebutuhan untuk berprestasi pada diri setiap orang,” terang Masykur.

Apa yang diakuinya sebagai fenomena politik menjelang pemilu tersebut memang didukung sebuah fakta bahwa, semakin hari dinamika politik yang berkembang di wilayah pedesaan di lingkungan Nganjuk juga semakin kuat. Kelompok-kelompok yang saat ini mulai dilirik oleh caleg seperti Paguyuban Mandiri, Arrahman dan Koperasi Perempuan Rejo Makmur juga mengalami hal yang tak jauh beda dengan kelompok lain. Meski keberadaannya di desa, tapi kelompok yang memiliki basis anggota nampaknya memang sedang diburu oleh mereka yang menginginkan lolos menjadi pemenang dalam pilpres 2009. “Kami juga didekati oleh caleg, terus terang dalam peristiwa seperti ini saja keberadaan kami merasa di hargai. Kelompok kami juga mendapat tawaran dari beberapa caleg untuk mendapatkan bantuan dari mereka,” cerita Khamil yang saat ini menjadi bendahara di Koperasi Perempuan Rejo Makmur.

Gejala menguatnya dinamika politik itu sekaligus membuktikan bahwa eksistensi organisasi yang ada di desa-desa itupun mulai diakui oleh publik. Sementara dibagian lainnya ada semacam kekhawatiran bagi peserta pemilu 2009 untuk tidak lagi didukung oleh pemilih. Suara rakyat kini bagaikan vonis politik yang menimbulkan dampak penyeleksian. Artinya, jika ada pemimpin incumbent yang tidak disukai maka rakyat pun dapat menghukumnya melalui pemilu. Akhirnya pemimpin yang bersangkutan tidak bisa berkuasa lagi lantaran tidak mendapatkan suara yang cukup.

Maka, sebagai bagian dari organisasi sosial yang memiliki kemandirian yang kuat, dinamika politik ini tidak bisa dilepaskan begitu saja. Harus diikuti tapi tidak larut. Jadi harus direspon dengan sikap yang hati-hati agar tidak tergoda dengan apapun yang dapat menceraiberaikan solidaritas sosial yang sudah terbangun diantara mereka. “Menurut kami, perubahan itu harus diperjuangkan dengan landasan prinsip “dari, oleh dan untuk kita.” Artinya, kita sendirilah yang harus terlibat aktif dalam proses terciptanya perubahan dan tidak bergantung dengan pihak lain. Apalagi para caleg yang jelas-jelas tidak memihak kami. Harapan kita, setidaknya 90% wakil rakyat periode 2009-2014 nanti adalah orang-orang yang berkualitas dan berintegritas. Oleh karenanya, lebih baik mendukung calon yang sudah jelas keberpihakannya kepada rakyat kecil yang akan didukung. Mereka jelas-jelas mewakili kepentingan kami yang ada di desa seperti calon yang diusung oleh komunitasnya sendiri,” Ujar Ndori dengan penuh semangat.

Bahwa banyak kelompok yang ada di masyarakat menjadi incaran para politisi tidak akan dapat mempengaruhi kemandirian organisasi yang sudah memiliki modal yang kuat seperti kekompakkan dan sikap kritis dalam berpolitik. Memang, untuk menarik simpati masyarakat luas, strategi yang digunakan bisa bermacam-macam. Diantaranya melalui lahirnya kebijakan yang populis dan seolah memihak rakyat yang lemah, memberikan bantuan modal, maupun program-program ekonomi yang ditawarkan adalah sekian cara yang dilakukan oleh mereka yang ingin berkuasa. Namun demikian, ada fakta lain bahwa rakyat sudah semakin kritis dan pintar dalam merespon situasi politik yang berkembang menjelang pilpres.

Sungguh sebuah kenyataan yang luar biasa. Dalam moment yang sarat dengan kepentingan politik seperti sekarang ini kelompok-kelompok kecil seolah mendapat tempat yang berharga di mata mereka, diakui eksistensinya. Namun setelah pemilu, mereka dengan mudah dilupakan, dianggap tidak ada. Sehingga di saat proses pembuatan keputusan yang menyangkut nasib kelompok-kelompok kecil ini seperti mereka seolah tidak mendapatkan tempat untuk ikut membahas dan menentukan lahirnya sebuah kebijakan. Padahal adalah hak rakyat untuk turut berperan secara aktif menentukan setiap proses yang menyangkut kehidupan mereka.

Menyikapi hal ini, menurut Hambali, sekretaris Koperasi Ar Rahman yang juga pelukis, maka lebih mementingkan kemajuan organisasi yang telah ada. “Lagi-lagi rakyat memang harus memperjuangkan nasibnya sendiri untuk mencapai cita-cita kesejahteraan yang menjadi mimpi bersamanya. Dari organisasi kecil inilah sebenarnya semuanya dimulai. Membangun kekuatan sosial dan ekonomi melalui organisasi seperti koperasi misalnya yang nantinya akan berdampak pada masyarakat di desa. Semangat itu harus tetap ditumbuhkan disetiap orang yang ada di organisasi dan masyarakat yang lain,” katanya.

Untuk selanjutnya, marilah sekarang kita membantu caleg-caleg yang pro rakyat agar memiliki kans terpilih di pemilu 2009. Metode ini terbuka dan rasional, terutama bagi parpol yang jelas dan tegas menggunakan mekanisme internal sistem suara terbanyak. Mari kita membuka ruang agar pribadi-pribadi yang pro rakyat/konstituen-lah yang akan terpilih nantinya. Caranya memfasilitasi dan membantu mereka, semampu yang kita bisa. (Yap Swt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar