Selasa, 24 Februari 2009

TKI Bentuk Kelompok Simpan Pinjam Perempuan

(Tulungagung, Paricara) Meski sering disebut sebagai pahlawan devisa, faktanya menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) tak selamanya membawa hasil yang menggembirakan. Tindak kekerasan sering dialami, bahkan tak jarang diantara mereka pulang dengan tangan hampa. Keinginan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga pun sirna. Agar bisa bangkit kembali, mantan TKI harus memulai dari nol.

Nasib tak menyenangkan itu setidaknya dialami sejumlah mantan TKI perempuan asal Desa Pojok Kecamatan Ngantru, Tulungagung. Setelah tidak lagi bekerja di perantauan, di rumah mereka harus berjuang keras membantu sang suami mencari nafkah agar dapur tetap mengepul dan anak-anak juga tetap bisa sekolah. Ada yang membuka usaha ternak ayam, jahit menjahit, makanan, sampai memproduksi emping mlinjo.

Tidak hanya soal ekonomi, kondisi yang sama buruknya adalah ketika para TKI menerima perlakuan tak semestinya dari majikannya di luar negeri maupun perusahaan penyalur tenaga kerja. Mereka sering mengalami penipuan, kekerasan fisik dan mental, penelantaran, gaji tak sesuai kontrak dan sebagainya tanpa ada perlindungan terhadap TKI.

Di tengah situasi semacam itu, dua tahun lalu, beberapa mantan TKI dan kaum perempuan Desa Pojok membentuk sebuah kelompok perempuan yang kemudian diberi nama Kelompok Masyarakat Mandiri (KMM) Sumber Rejeki. Beranggotakan keluarga, calon dan mantan TKI perempuan. Kelompok ini telah mempunyai anggota sebanyak 25 orang perempuan dengan berbagai latar belakang profesi.

Berdayakan Perempuan Desa
Ketua KMM Sumber Rejeki, Siti Mukaromah, menjelaskan bahwa tujuan utama dibentuknya kelompok untuk memberdayakan ekonomi kaum perempuan Desa Pojok, khususnya bagi keluarga, calon dan mantan TKI perempuan. Disamping itu untuk mendorong Pemerintah Kabupaten Tulungagung agar lebih memperhatikan kondisi TKI yang telah memberikan sumbangan besar bagi perekonomian daerah dengan kiriman uang rata-rata Rp 300 miliar per tahun. Antara lain dengan meningkatkan anggaran pemberdayaan TKI serta menerbitkan peraturan daerah yang berpihak pada kepentingan TKI.

Oleh karena itu mereka mengajukan usulan program untuk pemberdayaan TKI dan perempuan ke APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat desa hingga kabupaten, baik dalam bentuk pemberdayaan skill maupun ekonomi. Tahun 2008 lalu, mereka telah terlibat secara langsung dalam Musrenbangdes hingga Musrenbangkab.

“Kita terlibat langsung dalam Musrenbang, karena kita ingin kaum perempuan dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Jadi, bukan hanya menjadi obyek dan menerima manfaat pembangunan saja, tapi juga tahu prosesnya. Dengan begitu, kita nantinya bisa ikut mengontrol atau mengawasi jalannya pembangunan, apakah berpihak pada kepentingan masyarakat, termasuk perempuan atau tidak,”ujar Mukaromah.

Sayang, usulan yang diajukan KMM Sumber Rejeki, meski sudah disetujui dalam Musrenbangkab namun tidak masuk dalam APBD 2009. Tapi mereka tampaknya tidak putus asa, tahun ini mereka mengajukan lagi usulan yang belum terwujud itu lewat Pemerintah Desa Pojok, untuk diteruskan ke Pemerintah Kecamatan Sendang dan Pemerintah Kabupaten Tulungagung.

Rintis Kegiatan Simpan Pinjam
Di sisi lain, untuk mencapai tujuannya, KMM Sumber Rejeki juga berupaya meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan cara merintis koperasi lewat kegiatan simpan pinjam, pengembangan budi daya ternak kambing, dan tata boga. Untuk kegiatan simpan pinjam, modal awalnya cukup kecil, yakni hanya Rp 300 ribu. Sampai sekarang, ada sekitar 20 anggota yang telah menyimpan uangnya, dengan rata-rata rata-rata simpanan Rp 5 ribu per bulan. Dengan demikian, uang yang terkumpul setiap bulan cuma Rp 100 ribu.

Dari 25 orang anggota, saat ini ada 6 anggota yang telah memanfaatkan dana simpan pinjam untuk usaha ekonomi produktif, seperti usaha makanan, buah-buahan, dan sebagainya. “Uang yang dipinjam sebesar Rp 100 ribu-Rp 150 ribu,” papar Wakil Ketua KMM Sumber Rejeki, Maryulin. Menurut dia, sebagian besar anggota kelompok sangat antusias untuk menabung atau menyimpan uangnya. Karena jumlah uang yang ditabung relatif kecil, mereka tidak merasa keberatan. Kegiatan simpan pinjam ini dilakukan saat rembug rutin plus arisan yang dilaksanakan rutin setiap bulan.

Dikatakan Maryulin, kegiatan simpan pinjam sengaja dimulai dengan jumlah yang kecil dan sementara dikhususkan bagi anggota KMM Sumber Rejeki untuk memupuk kesadaran untuk saling membantu antar sesama anggotanya dan terus berkembang. “Kita memiliki harapan besar agar kegiatan simpan pinjam terus berlanjut, bahkan bisa berkembang menjadi koperasi. Sehingga keberadaan kelompok ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan anggota,”paparnya. (Nasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar