Rabu, 27 Januari 2010

Ingin Memberdayakan Diri, Kaum Perempuan di Banyuwangi Selatan Membuat Kelompok Perempuan

(Banyuwangi-ICDHRE) Semangat untuk membuat kelompok perempuan tengah dilakukan oleh sebagian besar kaum perempuan di wilayah banyuwangi selatan. Upaya tersebut dilakukan karena sebagian besar dari mereka tidak mau terus menerus diposisikan sebagai pelengkap dalam urusan rumah tangga yang notabennya hanya melakukan bentuk kegiatan yang pokok - pokok saja, seperti urusan dapur, sumur dan urusan kasur.

Khususnya bagi kaum perempuan Masyarakat Desa Hutan (MDH) dusun Curahjati kecamatan Grajagan-Banyuwangi. Ingin memberdayakan diri, merupakan motivasi awal bagi para perempuan ini untuk dapat terlibat langsung dan berperan aktif dalam upaya-upaya membangun roda ekonomi didesanya. Sehingga beberapa waktu yang lalu mereka bersama-sama membuat wadah kelompok yang tujuannya sebagai media belajar bersama, Senin (15/10/2009) kemarin.

Sebelumnya, kebanyakan dari para perempuan ini berlatarbelakang ekonomi menengah kebawah, kehidupan ekonominya rata-rata hanya terpaku pada penghasilan suaminya yakni penghasilan musiman. Dari latarbelakang yang sama tersebut mereka berupaya membangun kemandirian lewat usaha bersama melalui kelompok yang tengah mereka ciptakan.

Meskipun nama kelompok ini pada waktu itu belum terbentuk. Namun, rencananya; bentuk usaha yang akan dilakukan ialah usaha bersama memproduksi belbagai jenis sabun dan shampoo. Dimulai dari usaha tersebut kaum perempuan ini mencoba untuk merealisasikan peran aktifnya dalam upaya memberdayakan diri “Sebenarnya sejak dulu saya ingin sekali mengikuti kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengarah pada pemberdayaan, apalagi pemberdayaan tentang perempuan. Akan tetapi kesempatan untuk itu jarang sekali saya peroleh, tidak jarang, kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintahan desa maupun oleh lembaga-lembaga lainnya, minim sekali melibatkan kaum perempuan. terlebih halangan tersebut juga di sebabkan oleh sang suami.” ujar Sumiati, Warga dusun Curahjati. “Selalu ada aja alasan serta motifnya, biasa; suami saya tidak mengizinkan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut karena takut; saya nanti kecantol (ikut, red) sama laki-laki lain”. Lanjut perempuan setengah baya ini, sambil tersenyum.
Hal senada juga disampaikan oleh Hadi Masrukin, selaku pemerhati nasib kaum perempuan di Banyuwangi selatan yang sekaligus eksis diLembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ICDHRE-Banyuwangi. Menurutnya, pendekatan secara ekonomi sangat efektif untuk menjaring potensi-potensi para kaum perempuan ini, salah satunya ialah dengan membuat wadah belajar yang dikelola oleh kelompok-kelompok berbasis keanggotaan. Keterlibatan serta peran aktif perempuan dalam proses pembangunan ekonomi pedesaan sangat menentukan, Disamping itu, bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan juga harus mulai dikenalkan. Sebagaimana telah tertuang dalam kebijakan nasional dan ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999, UU No. 25 th. 2000 tentang Program Pembangunan Nasional-PROPENAS 2000-2004, dan dipertegas dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan nasional, sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. “peran perempuan dalam upaya pembangunan disekup pedesaan maupun skala nasional sangatlah dibutuhkan, karena, mereka ialah salah satu pelaku utama roda perekonomian. Sudah semestinya nasib kaum perempuan juga perlu untuk dipikirkan, karena perempuan juga mempunyai hak-hak yang sama selaku mahluk sosial, juga sudah sepantasnya mereka diberlakukan secara adil”. Tegasnya. “Partisipasi aktif wanita disetiap proses pembangunan tentunya akan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan. Dan juga sebaliknya, kurang berperannya kaum perempuan, akan berdampak pada lambatnya proses pembangunan atau bahkan perempuan dapat menjadi beban pembangunan itu sendiri.” Lanjut pria berambut cepak ini.
Ditempat lain, tepatnya di desa Pesanggaran-Banyuwangi, juga sudah mulai nampak beberapa kelompok perempuan yang mulai produktif, tetapi bentuk usahanya beda dengan kelompok perempuan yang ada di dusun Curahjati. Kelompok perempuan ini lebih pada usaha Unit Simpan Pinjamnya (USP). disamping itu, kelompok ini juga melakukan usaha produksi makanan ringan yang dikemas didalam plastik berukuran kecil, usaha tersebut tak lain ialah produksi keripik singkong, keripik pisang dan kripik lain sejenisnya. Dan sampai saat ini sudah didistribusikan kewarung-warung kecil (toko makanan) yang ada diwilayah Pesanggaran. Bentuk usaha-usaha tersebut juga dikelola dengan pola kekeluargaan dan berbasiskan keanggotaan. “Sebagian kecil dari kaum perempuan yang ada diwilayah Pesanggaran, sudah mulai aktif dalam melakukan usaha-usaha yang dikelola secara berkelompok, baik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maupun usaha Unit Simpan Pinjam (USP), setidaknya keberadaan kelompok-kelompok ini sudah memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi didesa Pesanggaran”. Ujar Didik, salah seorang pemuda yang juga aktif dalam upaya pemberdayaan kaum perempuan di desa Pesanggaran-Banyuwangi, sekaligus mengakhiri perbincangan dengan Soerat.
Pada kenyataannya memang; dalam beberapa aspek pembangunan, perempuan kurang dapat berperan aktif. Hal ini disebabkan karena kondisi dan posisi yang kurang menguntungkan dibanding laki-laki. Seperti peluang dan kesempatan yang terbatas dalam mengakses dan mengontrol sumberdaya pembangunan, sistem upah yang merugikan, tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah, sehingga manfaat pembangunan kurang diterima oleh sebagian besar kaum perempuan. Siapa yang disalahkan dalam hal ini?. (Sihin ICDHRE).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar