Jumat, 29 Mei 2009

Kebangkitan Kekuatan Petani MEMPERKUAT IKATAN BURUH TANI

(Jombang-Alharaka) Hari kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 mei 2009, dimaknai oleh kaum petani sebagai bentuk perjuangan untuk berkumpul dan memperkuat organisasi petani. Tengok saja kelompok tani Tanjung 2 Dusun Mejoyo Desa Mojoyolosari Kecamatan Gudo Jombang yang berdiri sejak 10 tahun yang lalu. Berikut upaya perjuangan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani Ismail bersama 63 petani.
Sudah dua bulan ini kelompok tani Tanjung 2 disibukkan oleh kegiatan setiap hari Rabu pukul 07.00 WIB pagi di balai desa. Hampir puluhan anggota kelompok tani Tanjung menghadiri pertemuan yang awalnya digagas oleh Ismail.

Ismail adalah Kepala Dusun (Kasun) Mejoyo sejak tahun 1997. Dirinya berhasil menyatukan para petani dan buruh tani di dusunnya untuk bertemu setahun sekali dalam forum musyawarah dusun. “Saya memang telah menjadi kasun selama 13 tahun, namun diangkat sebagai ketua kelompok tani baru 11 tahun. Pengalaman yang dapat saya bagi adalah semangat kebersamaan untuk mematuhi kesepakatan upah jasa buruh tani dalam forum harus benar-benar dilaksanakan. Hal ini untuk meminimalisir konflik antar petani dan buruh tani,”
Menurut cerita Ismail, sebelum adanya kesepakatan harga upah buruh tani sering muncul persoalan antara petani penggarap pemilik sawah dan petani penggarap musiman (petani sewa lahan). Mereka sering menaikkan harga upah seenaknya sendiri. Dampaknya petani yang sudah bisa bekerja harian di petani A juga tertarik untuk bekerja pada petani musiman yang menawarkan upah lebih tinggi. Dari sinilah Ismail membuat inisiatif untuk mengumpulkan warga dusunnya untuk membuat kesepakatan bersama. “Dengan asumsi kerja 07.00 jam mulai dari pukul 06.00 sampai 10.00 pagi dan pukul 14.00 sampai jam 16.00 WIB sore hari. Buruh laki-laki disepakati seharga Rp 20 ribu sedangkan perempuan Rp 15 ribu. Kalau ditotal upah tersebut selama satu bulan tentunya masih jauh di bawah UMR (Upah Minimum Regional). Namun karena antara biaya operasional dan hasil produksi hampir imbang maka hal ini dimaklumi oleh buruh tani,” terangnya.
Dari hasil musyawarah tersebut, muncul kesepakatan adanya pertemuan tahunan antara buruh tani dengan petani. Tujuannya membahas segala persoalan dan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Sementara itu para petani sendiri juga mempunyai forum bersama setiap musim tanam yang terbagi dalam 3 kali musim dalam satu tahun. Biasanya dua kali musim tanam padi dan sekali musim jagung ketika kemarau. Awalnya memang sulit untuk mengumpulkan orang. Inilah keluhan Ismail ketika ditanya tentang hambatan terbesar dalam kelompok tani. “Harus ada yang mau ngalahi, mau berkorban dan mau transparan. Biasanya saya memberi iming-iming program subsidi benih gratis. Barang siapa yang mau datang pada setiap perempuan para petani maka akan diberi benih. Tentunya semua petani akan datang. Dari sini kemudian saya membuka pembicaraan secara terbuka, maksud dan tujuan seringnya bertemu tak lain adalah untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia),” tambah Ismail.
Keinginan para petani Dusun Mejoyo untuk meningkatkan hasil produksi sedikit demi sedikit akhirnya terwujud. Mereka belajar bersama mulai dari bagaimana membangun organisasi tani hingga cara atau teknis bertani yang baik dan benar. Mereka berkeinginan mengurangi pupuk kimia. Rencananya kelompok tani Tanjung 2 mendapatkan program SLPHT (sekolah lapang pengendalian hama terpadu) dan akan dilaksanakan dalam tiga bulan terhitung sejak bulan Mei. Menurut penuturan Muqoib, para petani kini lebih sering berkumpul. Setiap hari Rabu pagi di balai desa yang langsung didampingi oleh PPL (petugas penyuluh lapangan). “Kesepakatan dengan kelompok tani jam 07.00 WIB pagi sudah harus berangkat dari rumah. Tapi namanya petani mbak, mereka kan harus ngecek dan ngirim para pekerja dulu. Saat ini kami belajar seluk beluk dunia hama dan pembuatan pupuk organik. Selama ini kami tergantung dengan pupuk kimia, padahal kami tahu dampaknya bagi tanah tiap tahun mengalami penurunan kesuburan. Untuk itu kami bersemangat akan kembali pada pupuk organik,” terang koordinator pelatihan pupuk bokasi ini menegaskan.
Manfaat Forum Bersama
Dunia pertanian utamanya melingkupi pengelolaan tanah, dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman serta memperhatikan keseimbangan alam. Dengan harapan untuk memperoleh hasil produksi maksimal tiap tahunnya. Kebanyakan petani tidak ingin bersusah payah bertani, namun memperoleh hasil maksimal dengan pupuk kimia. Pemikiran ini memang salah, karena faktanya distribusi pupuk bersubsidi sering bermasalah sejak tahun 2007 hingga memaksa petani lebih aktif mendatangi kios. Upaya ini dilakukan agar jatah pupuk bersubsidi mereka tidak hangus karena terlambat mengambil.

Dari pengalaman beberapa petani terungkap, keterlambatan mengambil jatah pupuk yang ada di kios membuat mereka harus 'gigit jari' karena tidak mendapatkan pupuk. Jika tidak memperoleh pupuk dari kios pengecer, mereka harus rela membayar lebih mahal karena membeli pupuk di luar jatah subsidi atau berburu ke daerah lain. Diantara petani ada yang bersikap pasrah. Pemupukan tanaman hanya dilakukan sekedarnya tanpa memperhatikan kebutuhan tanaman. “Keinginan kelompok tani Tanjung 2 adalah mampu membuat pupuk bokasi secara mandiri. Pasalnya semua bahan dasar pupuk tersebut sebenarnya sudah disediakan oleh alam di sekitar kita. Sebenarnya para petani itu tidak butuh teori, mereka lebih membutuhkan contoh atau praktik langsung bagaimana membuat pupuk dan cara pemakaiannya. Kalau hanya sekedar ngumpul-ngumpul saja tentunya bosan,” kata pak Mail, panggilan akrab Ismail.

Setiap pertemuan yang ada harus dimaksimalkan karena tidak semua orang tahu manfaat dan keuntungan pupuk bokasi. Salah satunya mengembalikan PH tanah menjadi normal. Dulu tahun 1985 PH tanah masih pada level 5,8. Namun hasil pengambilan sampel tanah pada akhir tahun 2008, PH tanah telah menurun drastis yakni 2,7. Untuk itu, Ismail menyarankan kepada seluruh kelompok petani untuk belajar membuat pupuk serta pestisida yang aman bagi lingkungan agar tidak menghancurkan PH tanah. “Asumsinya dalam satuan hektar, petani membutuhkan pupuk 3,5 kwintal urea. Namun tentunya kita tidak bisa langsung beralih karena membutuhkan proses. Maka asumsinya jika memakai campuran pupuk bokasi maka petani akan lebih berhemat dan hasil keuntungan akan dirasakan petani,” tutur Ismail.
Adapun pembiayaan organisasi, Ismail menyarankan agar pengurus transparan. Hal ini akan membuat jalannya organisasi lebih kuat. Pos-pos pendapatan organisasi memang belum pernah melalui iuran bersama. Karena selama ini pos pendapatan tersebut diperoleh dari perputaran sewa traktor yang telah menjadi hak kelompok. “Harga sewa traktor memang sama dengan traktor umum lainnya. Namun karena kelompok ingin kas organisasi besar, biasanya mereka lebih suka pinjam traktor kelompok. Manajemen pembagian hasil pengelolaan traktor adalah 40 untuk yang menjalankan : 60 untuk organisasi serta pembiayaan operasional. Kini posisi kas memang agak menipis karena banyaknya kegiatan serta perbaikan saluran air,” tambahnya
Dari proses perjalanan organisasi tani tanjung 2, bisa dijadikan upaya penyelesaian persoalan yang sama kepada kelompok-kelompok tani yang menghadapi konflik yang sama bagaimana membentuk kesepakatan bersama antara petani dan buruh tani. (din din)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar